Lugas, matang, cepat, dan tuntas. Itulah beberapa karakter yang
dimiliki James Bond, agen rahasia Inggris dari Secret Intelligence Service atau
dikenal dengan sebutan MI6. Sebutannya adalah agen 007. Tokoh fiksi karangan
Ian Flemming ini mampu mendunia karena mengangkat dunia spionase dengan jalan
cerita yang kuat dan menarik.
Karakter itu ada pada Sukari
Darno, salah satu master trainer bidang ICT
Kemendikbud. Ia punya minat sangat tinggi terhadap dunia teknologi informasi.
Namun, siapa sangka ia memulainya dari nol, dari ketidaktahuan sama sekali.
Dalam buku Apa Yang Berbeda dari Guru Hebat (Esensi, 2011),
Sukari disebutkan menyapa dunia kerja selepas lulus SMA di Jombang sebagai kuli
bangunan di Surabaya. Pekerjaan ini tak berlangsung lama. Ia kemudian meniti
karir menjadi Pak Bon. Tugas pokoknya adalah membersihkan gedung sekolah di SMP
Muhammadiyah Gresik.
Gaji pertamanya Rp 55 ribu dipakai untuk hidup sebulan. Itu pun
masih sisa Rp 12 ribu dan akhirnya dibelikan arloji. Selama menjabat sebagai
Pak Bon, Sukari dikenal jujur. Kinerjanya baik sehingga ia juga ditarik ke SMA
Muhammadiyah 1 Gresik.
Dari situlah ia berkenalan dengan dunia yang sama sekali baru
baginya. Yakni, komputer. Ia diperkenankan tidur di sekolah waktu itu. Hal ini
disambut gembira oleh Sukari. Tiap malam ia melahap buku-buku koleksi
perpustakaan sekolah. Terutama buku komputer.
Belajar secara otodidak, Sukari mulai memberanikan diri praktik
mengoperasikan komputer dengan bimbingan salah satu guru. Ia sempat deg-degan
saat menghidupkan komputer. Sesuatu banget.
Lama-kelamaan, Pak Bon kian mahir mengoperasikan program
komputer. Termasuk Word Star 5.5 dan Lotus 123. Mengetik pun tidak lagi hanya
dengan dua jari telunjuk. Tidak lagi tak tuk tak tuk.
Bintang Pak Bon kian terang setelah ia diminta menjadi asisten
guru di sekolah tempatnya mengabdi. Kemudian, karirnya meningkat dengan menjadi
guru komputer. Dari situ ia memberanikan diri daftar kuliah S-1 di Universitas
Muhammadiyah Gresik. Padahal, ia saat itu hanya mengantongi duit Rp 200 ribu.
Namun, kegigihannya membuat ia mampu merampungkan pendidikan S-1-nya. Bahkan
berlanjut sampai S-2.
Hobi ngoprek program-program aplikasi komputer masih ia
lakukan. Puncak prestasinya adalah menjadi kepala sekolah tempat ia kali
pertama mengabdi sebagai Pak Bon. Torehan gemilang lainnya adalah pengakuan
dari Microsoft Indonesia.
Keberanian, keuletan, kerja keras, kejujuran, dan sikap pantang
menyerah itu membuat Sukari disegani. Puncak kesuksesannya berlanjut hingga
kini. Saat ini ia tercatat sebagai salah satu master trainer yang diplot
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Sekarang kesibukan pria yang tinggal di Kompleks Perumahan
Gresik Kota Baru (GKB), Gresik, tersebut kian bertambah. Ia melatih banyak guru
di berbagai daerah di Indonesia dalam bidang ICT.
Ahad pagi, 31 Maret 2013, misalnya, ia didapuk sebagai salah
satu narasumber untuk gerakan satu guru satu tablet (sagusata) yang dicanangkan
Ikatan Guru Indonesia (IGI) cabang Gresik. Di situ ia menjelaskan lebih banyak
tentang pemanfaatan teknologi yang tersemat pada komputer tablet untuk
kepentingan pembelajaran di sekolah.
Pak Bon kini benar-benar sudah berubah. Selain tubuhnya kian
tegap (dulu kurus), ia seolah menjelma bak agen rahasia James Bond. Bedanya, ia
tidak merahasiakan ilmu dan wawasan yang dimilikinya untuk dibagikan kepada
orang lain. Persamaannya, sering dikerubuti guru-guru perempuan. Wah!
Surabaya, 31 Maret 2013
https://mustprast.wordpress.com/2013/03/31/dari-pak-bon-ke-james-bond/#more-2451
https://mustprast.wordpress.com/2013/03/31/dari-pak-bon-ke-james-bond/#more-2451
0 Comments