Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Kepemimpinan Bukan Suatu Formula, Tetapi Aktivitas dari Hati dan Memperhatikan Hati yang Lain.

 

Jimmy Gani. (tangkap layar Ria Eka Lestari/IGI Gresik)

IGIGRESIK-Menjadi pemimpin dengan kriteria hebat itu susah? Iya! Hal ini dikemukakan Jimmy Gani dalam Pembekalan Manajemen Organisasi dan Entrepreneurship IGI se-Indonesia, Jumat (20/8/2021). Dalam kegiatan bertajuk Great Teacher, Great Leader ini, Jimmy mengingatkan bahwa seorang pemimpin yang hebat itu bukan pemimpin yang lahir langsung hebat, tetapi melalui proses yang luar biasa, ditempa di lapangan, sehingga pengetahuan yang ia pelajari berasal dari praktik.

“Pemimpin hebat tidak ada artinya ketika organisasinya tidak ada komitmen, dirinya sendiri tidak ada komitmen. Kepemimpinan itu bukan suatu formula, tetapi aktivitas dari hati dan memperhatikan hati yang lain,” ungkapnya di hadapan Pengurus Ikatan Guru Indonesia (IGI) se-Indonesia dalam jaringan (daring).

Pemilik nama lengkap Jimmy Muhammad Rifai Gani ini mengajak Pengurus IGI se-Indonesia merenungkan bahwa yang memenangkan pertandingan adalah kumpulan orang-orang yang berbakat dan teamwork, serta intelligence. Artinya belajarnya itu luar biasa. Orang tidak peduli apa yang Anda tahu sampai mereka tahu bahwa Anda peduli.

“Kita tidak bisa jadi pemimpin kalau tidak ada organisasi. Kriteria seorang pemimpin hebat itu yang pertama, pemimpin itu memiliki pandangan yang jauh. Dia lihatnya jauh ke depan. Kedua, menunjukkan karakteristik yang bisa menjadi inspirasi banyak orang. Dan, melihat dua sisi, gelas itu penuh atau kosong. Melihat besarnya, bukan detail-detail yang membelenggu kita,” pesan Jimmy.

Dia menambahkan, kriteria keempat adalah kemampuan komunikasi. Disusul memahami diri sendiri, keterbukaan, dan tidak kaku. Kriteria pemimpin hebat kedelapan adalah punya tanggung jawab dan dapat diandalkan. Sabar dan gigih, serta continuous improvement. Jimmy lebih suka berbicara tentang pemimpin yang efektif. Bagaimana memberikan penugasan, bagaimana memberikan arahan, bagaimana memberikan tindak lanjut, serta bagaimana memberikan umpan balik positif.

“Organisasi tidak ada yang perfect. Justru di dalam ketidaksempurnaan itu ada keindahan. Maka, tahapan menjadi sukses adalah perhatikan apa kesamaan pandangan, apa nilai-nilai organisasi, apa prinsip yang Anda anut. Kedua, pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang pandangannya jauh ke depan. Ke mana kita akan pergi. Sehingga kita punya harapan atau ambisi positif,” tuturnya.

Pria yang juga merupakan Founder dan CEO Orbitin Indonesia itu menyambung, misi dan strategi yang meliputi plan, goals, dan sequencing adalah tahapan sukses ketiga dan keempat. Dilanjutkan dengan Key Performance Indicator yang menuju pada sebuah pertanyaan What we have to do, cari jawaban dari apa yang kita lakukan. Kapan kita menyelesaikan? Sumber daya apa yang dibutuhkan? Hasilnya apa? Dan dampaknya apa?

Menurutnya, piramida sukses terangkum dalam tiga poin yaitu aspirational, achievable, specific and tangible. Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat IGI ini, Jimmy selalu mengutarakan kalimat tanya yang kerap diulang. Apa yang bisa dilakukan berbeda? Kalimat ini sedikit banyak membuat peserta kebingungan menemukan jawabannya.

“Bila tujuan atau goal Anda tidak smart, maka Anda akan kehilangan arah dengan mudah. Kalau kita bicara sasaran yang pintar itu ada kualitas, jumlah, waktu. Kita ingin melatih sekian orang dalam waktu sekian bulan, misalnya. Goal yang smart itu harus disetujui paling tidak satu tingkat di atasnya dan satu tingkat di bawahnya. Jangan lupa, bisa dilakukan, enggak? Realistis, enggak?” jelas peraih penghargaan CEO BUMN Termuda Tahun 2009 ini.

Ia menegaskan, goal yang smart itu jangan sampai enggak bisa dicapai. Paling penting adalah bisa dievaluasi. Mau di sekolah, di organisasi profesi, di pemerintah, di perusahaan, harus smart. Jadi komitmen itu visi, misi, mengikat, membuat kita ingin tetap di sana, tujuan yang jelas, dan dicapai bersama.

Danang Hidayatullah. (tangkap layar Ria Eka lestari/IGI Gresik)

Sementara itu, Danang Hidayatullah, Ketua Umum PP IGI menyambut kehadiran peserta pembekalan dengan menceritakan bahwa ide gagasan yang awalnya masih berantakan di ruang obrolan, ruang imajinasi, hari ini terwujud nyata dalam sebuah kegiatan pembekalan.

“Mari kita mulai dengan hal yang sederhana yang bisa kita lakukan. Bagaimana kita bisa bersinergi dengan semua elemen bangsa utamanya organisasi profesi guru, tetap akan kita kedepankan. Bagaimana kita bisa membangun IGI sebagai organisasi profesi guru yang berkelas dunia sehingga bisa berkarya kreatif dan inovatif. Guru yang bukan saja bergerak, tetapi menggerakkan,” ucapnya.

Nadjib Riphat Kesoema. (tangkap layar Ria Eka Lestari/IGI Gresik)

Berkesempatan membersamai kegiatan, Nadjib Riphat Kesoema turut merasa berbesar hati bisa bersua dengan guru, pamong, pendidik, dan pandu pendidikan di Indonesia. Sebuah upaya yang bukan hanya untuk saling up diri sendiri sebagai individu. Namun, juga untuk mewujudkan IGI sebagai organisasi yang meningkatkan kualitas interaksi guru untuk peningkatan pendidikan anak bangsa.

“Kita dipaksa oleh pandemi untuk mahir serta terbiasa dengan pembelajaran jarak jauh. Pertanyaannya adalah siapkah kita untuk menjawab perubahan tersebut? Konsep yang memberikan kepuasan kinerja yang merupakan kebahagiaan guru maupun siswa adalah jawabannya. Saya yakin, rangkaian kegiatan ini dapat memperluas cakrawala pandang dan wadah diskusi untuk bekal pendidik atau pamong anak bangsa,” pesan Presiden Komisaris PFI Global Main Power ini.

Semangat belajar! (Ria Eka Lestari)


Post a Comment

0 Comments