Menurut Murtadlo Munthahari, manusia adalah makhluk serba dimensi, hal ini dapat dilihat dari;
§ Dimensi pertama,
secara fisik manusia hampir sama dengan hewan yang membutuhkan makan, minum,
istirahat dan menikah supaya ia dapat tumbuh dan berkembang.
§
Dimensi kedua,
manusia memiliki sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh
keuntungan dan menghindari kerugian.
§
Dimensi ketiga,
manusia memiliki perhatian terhadap keindahan.
§
Dimensi keempat,
manusia memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan.
§
Dimensi kelima,
manusia memiliki kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda, karena ia
dikarunia akal, pikiran, dan kehendak bebas, sehingga ia mampu menahan hawa
nafsu dan menciptakan keseimbangan dalam hidupnya.
§
Dimensi keenam,
manusia mampu mengenal dirinya.
Sehingga tidak asing lagi dengan kalimat yang
menyatakan bahwa “manusia adalah makhluk sosial” karena interaksi yang terjadi
antara seseorang dengan yang lain, merupakan bentuk atau ciri khas dari makhluk
itu sendiri.
Alfred North Whitehead mengatakan, “Tidak
ada satu orang pun yang meraih keberhasilan tanpa melibatkan bantuan dari
orang-orang lain." Sehingga, yang
ditekankan adalah kita harus mengembangkan kualitas diri untuk
memelihara hubungan tersebut, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas
kepemimpinan (leadership) yakni kemampuan individu dalam memobilisasi dan
melibatkan dirinya dan orang lain untuk meraih cita-cita yang diidealkan
bersama.
Pada
dasarnya setiap manusia memiliki jiwa kepemimpinan dan potensi untuk menjadi
pemimpin, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Namun, sebagai mahluk
sosial yang berkenaan dengan orang banyak, mereka yang terpilih sebagai
pemimpin perlu memperhatikan kualitas leadership yang berorientasi pada
kepentingan bersama dan tidak bersifat dominan. Maka, untuk melatih itu, manusia dapat melatih berorganisasi. Organisasi pada dasarnya merupakan tempat
di mana orang-orang berkumpul, bekerja sama secara rasional, sistematis,
terkendali, dan memanfaatkan sumber daya (dana, material, lingkungan, metode,
sarana, prasarana, data) yang digunakan secara efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan bersama. Berbagai kesempatan dan peluang terbuka lebar untuk
mengembangkan diri menjadi lebih baik. Bertemu dengan berbagai jenis manusia
akan membuat lebih paham bahwa manusia dapat belajar dari kemampuan manusia
lainnya.
Dan yang perlu ditanamkan untuk berorganisasi, terbentuknya komitmen dalam diri manusia karena komitmen merupakan suatu pendirian atau ketangguhan untuk tetap berpegang teguh hati untuk berpegang teguh pada pelaksanaan visi, misi, tujuan, strategi, dan sasaran yang telah disepakati. Komitmen berkaitan dengan kosistensi.
Konsistensi
terbentuk dari keteguhan diri untuk tidak mengubah keputusan atau komitmen, baik
dalam hal visi, misi, dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sehingga seseorang yang melakukan berorganisasi dengan baik akan terbentuk sifat kredibel, visioner, loyal, jujur, berintegritas, akuntabel, kritis, kolaboratif, negosiatif, kreatif, komunikatif, dan humanis karena kualitas-kualitas tersebutlah yang akan membentuk leadership yang kokoh namun inklusif. Pembentukan komitmen dalam pelaksanaan pengembangan organisasi menjadi sangat urgen. Mereka akan terbuka untuk memberikan informasi tentang berbagai aspek yang menghambat perubahan dan kemudian menerima kesepakatan perubahan atau pengembangan organisasi. Mereka memberikan sikap positif dan mendukung terhadap perubahan organisasi dan melaksanakan tindakan nyata sehingga terjadi peningkatan kinerja organisasi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya penolakan perubahan pada
tingkat individu untuk berorganisasi, diantaranya:
Pertama:
faktor kebiasaan. Jika
ada ketentuan baru untuk mengubah kebiasaan, akan cenderung menolaknya. Terdapat
juga yang sudah melembagakan cara kerja, sehingga jika ada perubahan cara kerja
baru, cenderung menolaknya.
Kedua:
ancaman terhadap rasa aman. Apabila
ada perubahan yang akan menimbulkan perubahan rasa aman dalam jabatan,
pekerjaan, karier, dan penghasilan, maka seseorang cenderung akan menolak
perubahan.
Ketiga:
alasan pendapatan. Jika
mengancam perubahan terhadap ketrampilan yang sudah biasa dilakukannya. Hal ini
dapat dihubungkan dengan rasa takut akan tingkat pendapatannya.
Keempat:
Ketakutan akan hal-hal bersifat asing. Pada umumnya manusia cenderung untuk tidak menerima hal-hal yang baru
yang belum dikenalnya atau bersifat ”asing”, sehingga hanya orang-orang yang memiliki
karakter inovatif yang mau penerima hal-hal baru tersebut.
Komitmen ini dapat dibentuk melalui keterbukaan pikiran, keikhlasan hati, dan perspective yang luas tentang organisasi bahwa manusia memang membutuhkan sebuah perubahan atau upgrade dalam dirinya sebagai makhluk sosial sehingga menambah pengetahuan dan wawasan, timbulnya semangat kerjasama, mengembangkan kemampuan public speaking, melatih jiwa kepemimpinan, membentuk emotional intelligent, dan lain-lain. Akhirnya, pandangan yang menganggap bahwa organisasi menghambat kemajuan atau mengganggu waktu manusia dapat terbantahkan bahkan sebaliknya bahwa dengan organisasi manusia dapat melupakan sesuatu untuk lebih menjadi manusia yang seutuhnya. Demikian yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat. Aamiin.
Bidang Organisasi, Kelembagaan, dan Keanggotaan
IGI Kab. Gresik
0 Comments