Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Hadir dalam Pelantikan dan Talk Show IGI Gresik Menyapa, Kakemenag Ajak IGI Gaungkan Literasi Moderasi Beragama

Kakemenag (kemeja putih) menyampaikan materi Talk Show IGI Gresik Menyapa. (Tim Smanusa/IGIGresik)

IGIGresik-Kepala Kementerian Agama Kabupaten Gresik, Markus, mengucapkan terima kasih kepada Ikatan Guru Indonesia (IGI) dalam rangka penguatan literasi. Kalau ini bersinergi, maka di madrasah telah direncanakan ada bazar buku hasil karya guru karena ke depan ini menjadi rancangan program nasional yang sudah terlaksana sejak 2020. Ini menjadikan Kementerian Agama sebagai leading sector dalam literasi moderasi beragama. Hal ini disampaikan dalam Pelantikan dan Talk Show IGI Gresik Menyapa, Selasa (28/12/2021).

“Islam itu mengajarkan Islam wasathiyah, Islam tengah yang tidak ke kanan, tidak ke kiri. Maka peran guru menjadi penting. Posisi IGI di mana? Posisi IGI dan organisasi profesi yang lain adalah men-support kepentingan dan visi misi negara agar segera dan cepat terealisasi. Bagaimana karya-karya yang nanti dibikin Bapak Ibu Guru? Pendidikan moderasi ini seperti apa sih? Moderasi ini lahir dari guru maka saya minta tolong kepada teman-teman IGI untuk memasukkan konten moderasi beragama di pelajarannya. Kenapa? Betapa dahsyat implikasi apabila moderasi beragama tidak dikuatkan. Taruhannya adalah hancurnya negara. Itu yang kita takutkan, itu yang kita khawatirkan,” ungkapnya dalam kegiatan yang diselenggarakan di aula Idham Khalid SMA NU 1 Gresik.

Pria asal Bangkalan ini menjelaskan tahun depan Kementerian Agama akan mendeklarasikan secara nasional Tahun Toleransi. Kenapa harus ada Tahun Toleransi di tahun 2022? Bukankah kita sudah toleran? Menurut kita sudah, tetapi menurut beberapa orang masih harus dikuatkan. Untuk IGI, bagaimana toleransi itu betul-betul menjadi tema besar untuk membangun kekuatan IGI serta organisasi profesi lainnya. 

PGRI (tengah) hadir dalam pelantikan dan talk show IGI Gresik. (Tim Smanusa/IGIGresik)

“Bapak Ibu sekalian, Kementerian Agama tentu harus bersinergi dengan semuanya. Tidak bisa kami berdiri sendiri. Kementerian Agama adalah sebuah lembaga yang salah satu tugas di dalamnya adalah pendidikan keagamaan, wajib hukumnya men-support semuanya termasuk IGI. Tidak harus semuanya ikut PGRI, tidak. Tidak harus semuanya ikut IGI, tidak. Monggo, lah. Saya termasuk bagian dari supporting unit. Organisasi profesi ini independen, tapi ingat, tujuannya harus baik, untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Artinya kita punya tanggung jawab yang sama,” tegasnya.

Menurutnya, IGI punya ciri khas tertentu, itu harus diciptakan, bagaimana ciri khas itu mampu menjadikan IGI sebagai organisasi yang berbeda dari organisasi yang lain. Markus mengajak IGI dan organisasi profesi lain serta Dinas Pendidikan untuk rembug pendidikan Gresik rutin tiap bulan. Kemenag Gresik siap men-support. Ia mengajak bedah pendidikan agar nanti saat waktunya, Gresik bukan hanya Kota Santri, tetapi juga Kota Pendidikan. Lahir pendidikan-pendidikan berkualitas dari Gresik.  

“Menyikapi berbagai orprof, ini dinamika demokrasi, kita berhak mendirikan beberapa organisasi profesi. Dan saya tahu perjuangan IGI ini agak berat juga. Sesungguhnya organisasi profesi itu dalam rangka untuk penguatan pendidikan, itu substantifnya. Jadi saya kira ini dinamika dan IGI perjuangannya barangkali luar biasa walaupun saat ini mungkin agak terseok-seok. Cuma dengan semangatnya yang luar biasa semoga semua bisa menerima. Dan ini biasa-biasa saja, kita aktif di organisasi apa saja boleh sejauh kita kompak untuk penguatan pendidikan. Kalau IGI ini setahu saya penguatannya di literasi kalau saya tidak keliru,” ucap alumnus S-1 Universitas Negeri Surabaya ini yang disambut dengan tepuk tangan hadirin. 

Pergunu (hijau) hadir dalam pelantikan dan talk show IGI Gresik. (Tim Smanusa/IGIGresik)

Peraih gelar akademik S-2 Manajemen Pendidikan dan S-2 Hukum ini menyampaikan kebanggannya pada IGI, Pergunu, FGM, dan PGRI. Boleh saling bersaing, tetapi secara sehat. Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan harus di atas segalanya. Agar bisa melihat peran-peran secara obyektif di organisasi masing-masing. Jangan sampai menjadi bagian dari persoalan-persoalan yang kemudian menjadi tidak produktif, yang kontraproduktif.

“Kalau saya ada waktu, pasti saya hadir. Artinya apa, negara ini tidak bisa kemudian sendirian untuk bagaimana kualitas pendidikan dan guru ini bisa bagus. IGI berkontribusi, PGRI berkontribusi, Pergunu berkontribusi, FGM juga berkontribusi. Ayo kita duduk bersama, semua terlibat. Karena tidak mungkin Pak Kepala Dinas Pendidikan dan kami di Kementerian Agama memformulasi sendiri pendidikan di Gresik. Tidak bisa,” pesannya.

Semangat sinergi! (ria eka lestari)






 

Post a Comment

0 Comments