Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Taman Baca Punggulamba NTT, Antara Tantangan dan Perjuangan Literasi

 

Salah satu aktivitas berliterasi. (Dok.Pribadi/IGIGresik)

IGIGresik-Geliat literasi di tanah NTT begitu terasa saat melihat anak-anak di desa Punggulamba Kelurahan Temu, Kecamatan Kanatang Kabupaten Sumba Timur bersemangat mendatangi taman baca di desanya. 

Kondisi pendidikan di Nusa Tenggara Timur (NTT) relatif tertinggal dibandingkan dengan bumi Jawa. Selain karena masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, hal sarana dan prasarana juga menjadi alasan utama. Seakan terjadi kesenjangan antara pembangunan wilayah Indonesia Timur dan Barat.

Salah satu tantangan pendidikan yang dihadapi masyarakat NTT adalah persoalan minat baca. Masih banyak anak NTT terutama di daerah pelosok, sulit mengakses bahan bacaan yang baik dan berkualitas. Keadaan ini diperparah minimnya fasilitas perpustakaan, terbatasnya serta harga buku yang mahal karena distribusinya sangat jauh dan fasilitas jalan yang belum memadahi. Di samping itu, sebagian besar buku-buku bacaan didatangkan dari Jawa.


Salah satu aktivitas berliterasi. (Dok.Pribadi/IGIGresik)

Gagasan diadakan Taman Baca Panggulamba ini muncul atas inisiatif seorang wanita asli NTT bernama Resti Rambu Ana beserta suami dan beberapa rekannya. Kegiatan ini bermula saat Rambu, panggilan akrabnya, baru tinggal di lokasi Punggulamba dengan suami merasa iba melihat nasib anak-anak tetangga di sekitar Punggulamba. Kemudian merasa ingin melakukan sesuatu untuk anak-anak di sekitar Punggulamba. 

“Habis kasihan mereka, dah jarang sekolah saat itu karena Covid-19, antusiasnya luar biasa tidak menyangka mereka semangat sampai terkadang kami kewalahan.” ungkapnya.

Wanita kelahiran Sumba Timur ini mengungkapkan Taman Baca Punggulamba ini awalnya untuk anak-anak tetangga di sekitar rumah saja.  

“Kebetulan ada buku-buku bacaan dari teman, kemudian ya udah kita coba buka tanggal 17 Agustus 2021. Pada awalnya, hanya meminjamkan  buku saja, tetapi tebersit ide agar lebih seru, akhirnya Rambu mengajak anak-anak sekitar Punggulama secara ramai-ramai membaca di belakang rumah Rambu dan suami yang kebetulan tempatnya luas," katanya. 

“Mereka datang setiap tiga kali sebulan, yaitu tanggal 7, 17, dan 27 untuk membaca dan bernyanyi. Kami juga mengajari mereka tentang karakter dan mencintai lingkungan dan lain-lain,” ungkapnya.

Salah satu aktivitas berliterasi. (Dok.Pribadi/IGIGresik)

Wanita lulusan D3 Kehutanan UGM ini tidak sendiri dalam melayani anak-anak di Taman Baca Punggulamba. Selain dengan suami, dia juga mengajak serta teman sekantor, yang bernama Syafaat. Mereka bersama-sama bekerja di Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 

“Saya dan Syafaat berusaha menyempatkan waktu untuk anak-anak Punggulamba, karena tidak setiap hari juga. Ketika ada kesibukan kantor, kami ada rekan pengajar juga ikut membantu, menemani anak-anak membaca. Sehingga jadi hal yang mengasyikkan saja buat saya dan suami,” terangnya.

Ketika awal membersamai mereka dalam kegitan di Taman Baca Punggulamba, Rambu mengungkapkan ternyata ada anak yang  belum lancar membaca. Pada awalnya  mereka juga malu-malu. Namun, perkembangan sekarang mereka sudah tidak malu lagi dan mereka sudah banyak yang lancar membaca.

Salah satu aktivitas berliterasi. (Dok.Pribadi/IGIGresik)

Wanita kelahiran 12 Agustus 1986 ini mengungkapkan asal-usul  buku yang ada di Taman Baca Punggulamba. Buku-buku yang bisa dinikmati anak-anak Punggulamba itu awalnya merupakan sumbangan dari  teman di Jakarta beberapa tahun lalu untuk Kampung Iwi di Kecamatan Lewa. Kemudian karena untuk ke daerah situ jaraknya sangat  jauh dan kesulitan mengontrol, akhirnya kita berinisiatif meminjamkan buat anak-anak di sekitar rumah saja. Sejak tanggal 17 Agustus 2021 itu kami sudah banyak menerima sumbangan buku dan masker dari teman-teman yang ada di Jakarta untuk anak-anak di sini.

Salah satu aktivitas berliterasi. (Dok.Pribadi/IGIGresik)

Sebelumnya, teman kantor kami, Simon Onggo, tahun lalu mengirimkan buku-buku bacaan kepada kami yang ada di sini. Kemudian ada beberapa tambahan buku beberapa bulan ini dari seorang teman yang bernama  Anka. Satu lagi donator buku yaitu Putri, anggota LIPI yang dahulunya pernah mengadakan penelitian di Taman Nasional.

Istri dari Andi Nggandi ini berharap meskipun taman baca ini sangat sederhana, namun kegiatan yang baru dirintis ini diharapkan dapat terus berlangsung sehingga dapat menarik minat baca  anak-anak di sekitar Punggulamba dan dapat meningkatkan wawasan anak-anak di sini. (Anita Firlyando)







Post a Comment

0 Comments