IGIGresik-Geliat literasi di tanah NTT begitu terasa saat melihat anak-anak di desa Punggulamba Kelurahan Temu, Kecamatan Kanatang Kabupaten Sumba Timur bersemangat mendatangi taman baca di desanya.
Kondisi
pendidikan di Nusa Tenggara Timur (NTT) relatif tertinggal dibandingkan dengan bumi Jawa. Selain
karena masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, hal sarana dan prasarana juga menjadi alasan utama. Seakan terjadi kesenjangan
antara pembangunan wilayah Indonesia Timur dan Barat.
Salah satu tantangan
pendidikan yang dihadapi masyarakat NTT adalah persoalan minat baca. Masih
banyak anak NTT terutama di daerah pelosok, sulit mengakses bahan bacaan yang
baik dan berkualitas. Keadaan ini diperparah minimnya fasilitas perpustakaan,
terbatasnya serta harga buku yang mahal karena distribusinya sangat jauh dan
fasilitas jalan yang belum memadahi. Di samping itu, sebagian besar buku-buku bacaan
didatangkan dari Jawa.
Gagasan diadakan Taman Baca Panggulamba ini muncul atas inisiatif seorang wanita asli NTT bernama Resti Rambu Ana beserta suami dan beberapa rekannya. Kegiatan ini bermula saat Rambu, panggilan akrabnya, baru tinggal di lokasi Punggulamba dengan suami merasa iba melihat nasib anak-anak tetangga di sekitar Punggulamba. Kemudian merasa ingin melakukan sesuatu untuk anak-anak di sekitar Punggulamba.
“Habis kasihan mereka, dah
jarang sekolah saat itu karena Covid-19, antusiasnya luar biasa tidak menyangka
mereka semangat sampai terkadang kami kewalahan.” ungkapnya.
Wanita kelahiran Sumba Timur ini mengungkapkan Taman Baca Punggulamba ini awalnya untuk anak-anak tetangga di sekitar rumah saja.
“Kebetulan ada buku-buku bacaan dari teman, kemudian ya udah kita coba buka tanggal 17 Agustus 2021. Pada awalnya, hanya meminjamkan buku saja, tetapi tebersit ide agar lebih seru, akhirnya Rambu mengajak anak-anak sekitar Punggulama secara ramai-ramai membaca di belakang rumah Rambu dan suami yang kebetulan tempatnya luas," katanya.
“Mereka datang setiap
tiga kali sebulan, yaitu tanggal 7, 17, dan 27 untuk membaca dan bernyanyi. Kami juga mengajari mereka tentang karakter dan mencintai lingkungan dan
lain-lain,” ungkapnya.
Wanita lulusan D3 Kehutanan UGM ini tidak sendiri dalam melayani anak-anak di Taman Baca Punggulamba. Selain dengan suami, dia juga mengajak serta teman sekantor, yang bernama Syafaat. Mereka bersama-sama bekerja di Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Saya dan Syafaat berusaha menyempatkan waktu untuk anak-anak Punggulamba, karena tidak setiap hari juga. Ketika ada kesibukan kantor, kami ada rekan pengajar juga ikut membantu, menemani anak-anak membaca. Sehingga jadi hal yang mengasyikkan saja buat saya dan suami,” terangnya.
Ketika awal membersamai
mereka dalam kegitan di Taman Baca Punggulamba, Rambu mengungkapkan ternyata
ada anak yang belum lancar membaca. Pada
awalnya mereka juga malu-malu. Namun, perkembangan sekarang mereka sudah tidak malu lagi dan mereka sudah banyak yang
lancar membaca.
Sebelumnya, teman kantor
kami, Simon Onggo, tahun lalu mengirimkan buku-buku bacaan kepada kami yang ada
di sini. Kemudian ada beberapa tambahan buku beberapa bulan ini dari seorang
teman yang bernama Anka. Satu lagi
donator buku yaitu Putri, anggota LIPI yang dahulunya pernah mengadakan
penelitian di Taman Nasional.
Istri dari Andi Nggandi ini berharap meskipun taman baca ini sangat sederhana, namun kegiatan yang baru dirintis ini diharapkan dapat terus berlangsung sehingga dapat menarik minat baca anak-anak di sekitar Punggulamba dan dapat meningkatkan wawasan anak-anak di sini. (Anita Firlyando)
0 Comments