Syaikhu Busiri (kemeja cokelat) bersama anak jalanan di Bimbingan Belajar Madhu. (Eka/IGIGresik)
IGIGresik-Demi membantu anak jalanan dan pengamen tetap bisa belajar dengan baik, Syaiku Busiri mendirikan bimbingan belajar Omah Dhuafa. Bagi masyarakat Gresik, sosok Syaiku bukan orang asing, karena lelaki kelahiran Gresik ini adalah anggota DPRD Kabupaten Gresik.
Setiap hari Selasa, Rabu, Jumat, dan Sabtu, kegiatan bimbingan belajar di Omah Dhuafa dilaksanakan secara gratis bagi anak jalanan, pengemis, dan dhuafa. Ananda Istiqamah yang akrab dipanggil Ima, mengikuti bimbingan belajar di Omah Dhuafa Gresik. Walaupun secara fisik termasuk anak berkebutuhan khusus, tetapi sangat antusias untuk mengerjakan tugas. Ada 40 anak sekitar ruko yang ingin mendapatkan kegiatan bimbel secara gratis.
Mereka belajar bersama tujuh guru, antara lain: Atin, Sri, Emma, Nikmah, Novy, Choliq, dan Amin. Mereka merelakan waktunya dengan suka rela membimbing murid Madhu--kependekan dari Omah Dhuafa--dengan senang hati. Keakraban setiap bimbel masuk pasti semangat. Setahun omah dhuafa sudah membantu anak yang ingin terus belajar membaca, menulis, dan mengaji. Setiap satu bulan sekali ada pelajaran bahasa Inggris yang dibimbing oleh Nikmah.
Bimbel Madhu
ini dibuka dan dilaksanakan karena keadaan pandemi Covid-19 yang terus
berkepanjangan. Saikhu Busiri sebagai founder Omah Dhuafa sangat peduli
dengan keberadaan mereka. Uluran tangan seorang DPRD Kabupaten Gresik sangat
luar biasa karena membantu memberikan fasilitas ruangan untuk belajar.
Bimbingan
belajar yang dilakukan setiap minggu ada empat kali pertemuan merupakan
momentum yang pas karena mereka sangat antusias mengikuti kegiatan bimbingan
belajar di ruko Blok 1 Nomor 60/A Ruko Plaza Gresik.
Awal mula dari
bimbingan belajar ini adalah ketika Atin--sapaan Siti Huroirohmatin--membimbing anak jalanan di terminal
Gubernur Suryo bersama suaminya. Pertama hanya dua anak saja. Mendengar bimbingan
belajar membaca dan menulis gratis, banyak yang daftar secara sukarela juga.
Kegiatan belajar tidak harus dibatasi oleh dinding. Namun, hanya alas dari banner
bekas yang digunakan belajar. Tiga bulan berikutnya, bimbingan belajar diberi
tempat oleh Syaikhu Busiri. Sangat bersyukur karena anak-anak jika hujan
tidak kehujanan dan jika panas tentu tidak kepanasan.
Ketika Atin berada di tengah anak-anak Madhu, kegiatan bimbingan belajar ada tiga kelompok, yaitu kelompok disiplin yang terdiri dari usia 4--7 tahun, kelompok tegas tediri dari 8--9 tahun, dan kelompok terampil dari usia 10 tahun ke atas.
Yuanita, salah satu wali santri, menyampaikan alasan mengapa putrinya ikut
bimbingan belajar di Omah Dhuafa. Tak lain karena banyak fasilitas seperti tidak ada
biaya, ada jaringan internya, sering mendapatkan donasi dan meringankan beban orang tua
karena semua alat tulis gratis tanpa bayar. (Siti Huroirohmatin)
0 Comments