Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Puisi tentang Hujan


Khusnul Khuluq. (Dok. Pribadi/IGIGresik)


Hujan Bulan Agustus

 

Menunggu hujan di bulan Agustus

Ditemani secangkir kopi dan bara tanya

Tentang rintik dan kadar derainya

 

Akankah ada senyum sumringah

Seiring bening pemimpin

Yang akan diuji dalam suara memilih

Ataukah ada petir menyetir

Serupa kekagetan adanya hujan di bulan Agustus

 

Di sudut lain ada gempita bersorak

Berlapis peluh penuh semangat

Kaburkan ego samarkan nego

Demi merah putih terkasih

 

Akankah ada senyum sumringah

Seiring bendera dibentang

Bergema lagu dikumandang,

Ataukah ada derai membelai

Sisakan hujan di bulan Agustus?

 

Hujan di bulan Agustus memang nyata

Senyata kemerdekaan yang kan terulang

Senyata penetapan yang kan terjadi

Senyata adu hebat yang kan digemakan

 

Untuk satu,

Hujan Agustus

Syahdu ataukah mencekam!

                                                                                Juli 2018 Menjelang Pilgub

Hujan Pergi

Hujan tak datang lagi

Dibiarkan terik berkuasa

Menyapu jejak-jejak kenangan dengan angin

Yang tak pernah diingin

Dingin

Beku

Hilang.

 

Hujan enggan datang lagi

Sengaja memang aku tutup tembikar awan

Aku tiup gumpalannya menjauh

Menceraikannya dengan segala daya

 Yang tak pernah Berjaya

Sendiri

Susah

Sungguh!

 

Hujan tak datang terik membentang

Aku gelar sajadah syukur

Memantrainya dengan kecup janji

Yang tak pernah berarti

Rasa

Kenangan

Mati!

                                                                        November 2020

Untuk Hujan

Hujan

Aku pinjam jaketmu,

Aku ingin bisa tenang

Tak lagi menanti engkau berderai

Tak lagi mendamba engkau bersemai

 

Hujan

Aku pinjam deraimu,

Aku ingin bisa menangis

Melupakan jejak purba

Menyarinya dengan segala damba

 

Hujan

Aku pungut dinginmu,

Aku jadikan mantel

Agar kenangan beku

 

Hujan

Aku pungut namamu

Di setiap puisiku

Karena aku tahu,

Rinaimu lahirkan sejuta kisah

Meski kadang pilu menderah

 

Tentang Hujan

 

Tenang, hujan masih air,

Jangan takut hanyut dalam ketidakjelasan,

cukuplah nikmati airnya, hanyutlah dalam kenyataan

Kebersamaan yang tak nyaman itu biasa,

Sebiasa kita temukan air dengan minyak,

Sebiasa kita pertemukan -

perempuan dengan pelaminan

Akan nyaman jika dibiasakan.

Tenang, hujan tetap air.

Jangan takut tenggelam dalam genangan,

cukuplah nikmati kenangan,

tenggelamlah dalam kebermanfaatan.

Rutinitas tiba-tiba berkalung suasa,

Disandarkannya asa beda rasa,

Lalu waktu menyiratkan perbedaan cara dan arah.

Keluh, resah, dan gelisah,

Menyatu dalam ruang berlabel telaah.

Menyeret ego untuk segera tuntaskan hari ini juga nanti.

Tenang, hujan masih dan tetap air,

Jangan berhenti berpikir karena ini bukan akhir.

Jangan berhenti ikhtiar karena jalan esok

kita yang ukir, bukan mereka.  (Aluk, 1/2021)


Bionarasi

Khusnul Khuluq atau biasa disapa Pak Aluk merupakan guru bahasa Indonesia di SMK Negeri 1 Cerme Gresik. Sejak 2012 - sekarang, ia mendapatkan amanah sebagai ketua MGMP Bahasa Indonesia SMK Kab. Gresik. Sebuah amanah yang mendorongnya untuk terus berbuat lebih baik, terutama dalam bidang literasi. Di MGMP, beliau menjadi pelopor diterbitkannya kumpulan puisi karya guru. Tahun ini kumpulan cerpen. Di sekolah, beliau aktif sebagai pelopor komunitas literasi yang secara rutin tiap tahun menerbitkan karya siswa dalam bentuk buku. Jika ingin berkomunikasi lebih dengan Pak Aluk bias melalui surel alahsani2009@gmail.com

 

 

 

 


Post a Comment

0 Comments