Membuat video pembelajaran yang menarik akan menjadi rangsangan imajinasi siswa. Hal ini dikemukakan Shofan Hariyanto dalam Pelatihan Editing Video Pembelajaran Menggunakan Kinemaster, Sabtu (24/10/2020).
"Video-video kita bisa menjadi inspirasi bagi anak didik kita. Bukan sekadar gugur kewajiban karena tuntutan sekolah di masa pandemi. Sebaliknya, bisa menggugah imajinasi anak," tegasnya saat memberi materi pengantar dalam pelatihan hari pertama yang diselenggarakan secara virtual.
Shofan, panggilan akrabnya, menyampaikan media video dalam pembelajaran dapat menjadi bridging atau menjembatani guru dan siswa, mengatasi jarak dan waktu.
"Anak-anak bisa memutar video kapan pun mereka bisa untuk belajar. Misal saat pagi mereka harus membantu orang tua, maka malam harinya mereka masih bisa mengikuti dengan memutar video," ucapnya.
Ia melanjutkan, dengan video, guru juga bisa mengajak siswa berpetualang dari masa ke masa. Jika di Indonesia posisi musim hujan, di negara lain musim dingin, kita bisa menunjukkan pada siswa.
"Video ini sebenarnya juga portofolio atau arsip guru. Misal tahun ini kita mengajar di kelas enam, tahun depan kita mengajar lagi di kelas enam, kita bisa menggunakan video ini kembali," tuturnya di hadapan peserta pelatihan dari seluruh Indonesia.
Menurutnya, video pembelajaran mampu berperan sebagai storyteller atau pendongeng. Jika guru mengajar di kelas paralel hingga enam kelas, guru tak perlu mengulang berkali-kali.
"Ada empat tahapan yang kita perlu lalukan untuk menghasilkan video pembelajaran yang menarik hingga dapat membangkitkan imajinasi siswa. Pertama, tentukan aplikasi editing yang fiturnya cukup lengkap," ungkap pria dengan bidang keahlian robotika ini.
Dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Gresik itu, Shofan menyebutkan tips kedua adalah membuat skrip atau skenario video pembelajaran mulai dari opening, inti, hingga closing agar video yang dibuat itu terarah. Harapannya, skrip menjadi panduan dalam pembuatan video.
"Ketiga adalah pemakaian latar hijau. Dengan green screen, kita bebas mengedit background video kita sesuai tema atau materi yang kita sampaikan. Misalnya tentang cagar budaya. Kita bisa beranimasi dengan berbagai cagar budaya di Indonesia," jelasnya.
Terakhir, Shofan menyebutkan gambar dan video pendukung akan melengkapi konten yang kita harapkan. Siapkan kebutuhan sesuai skrip. Agar apa yang diucapkan guru dalam video pembelajaran diperkuat dengan visualisasi yang sesuai.
"Membuat karya video seperti halnya karya seni melukis di atas kanvas. Tidak ada karya yang buruk. Berani menggoreskan warna adalah karya terbaik," pesannya pada peserta.
Selamat berkarya! (ria eka lestari)
0 Comments