Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Fashion Designer Dunia

 


Heppy Zakiatun Nissa (Dok. Pribadi/IGI Gresik)


Fashion Designer Dunia

 

Siang itu di dalam kelas, Rendi yang sedang asyik membolak-balik buku fashion dan pola menjahit pakaian yang dipinjam dari perpustakaan sekolah tiba-tiba tersentak kaget. Teman-teman laki-laki di kelasnya datang mengejek dengan suara gaduh hingga terdengar sampai kelas sebelah.

“huuuuuuuu...laki-laki baca buku begituan. Tidak keren. Hahahahaha” celetuk Dani dan beberapa teman sambil duduk menghadap ke meja Rendi.

“Hahaha iya mau jadi banci kamu Ren?’ Hahaha”

“Betul, betul.. banci! banci! banci!” Teriak Dani dan teman-teman sekelasnya kompak sambil bertepuk tangan dan memukul-mukul meja. Rendi hanya tersenyum lalu menunduk menatap buku yang dipinjamnya. Namun, dia tidak melakukan apapun selain hanya diam dan mendengarkan cercaan yang menerpa dirinya.

“Hei apa yang kalian lakukan! Duduk di bangku kalian!” teriak Bu Esti dari balik jendela membuyarkan obrolan dan nyanyian yang dibuat dalam beberapa menit berjudul “si banci”. Melihat bu Esti membentak dari luar jendela membuat murid-murid sekelas kelabakan dan segera mencari tempat duduk. Merapikan baju, memakai sepatu, kursi dan mejanya.

Rendi yang sudah duduk di bangku hanya menarik kursinya tanpa memasukkan buku yang sudah dipinjamnya ke dalam tas atau laci. Waktu pelajaran fisika yang di bimbing oleh bu Esti tidak membuatnya fokus karena ejekan yang diterimanya barusan. ‘Ah biarkan. Ibu menyuruhku untuk selalu tersenyum apapun yang terjadi’ katanya lirih sambil menarik napas dalam-dalam.

Suasana sangat terik menyergapi perjalanan Rendi pulang ke rumah. Dengan menenteng buku pinjamannya, dia berjalan menyusuri toko pakaian. Melihat dari etalase toko baju-baju kebaya yang cantik membuat hiburan tersendiri pada diri Rendi. ‘Ibu pasti juga bisa membuatnya’ katanya di dalam hati sambil tersenyum semangat hingga sampai di rumah.

Sesampainya di rumah, Rendi segera meletakkan buku pinjaman di atas mesin jahit yang biasa dipakai ibunya. Sembari mengucap salam
Rendi mencium tangan Ibunya. Melihat Rendi pulang sekolah, Ibunya langsung membalas salam dan menanyakan tentang kegiatan hari ini seperti biasa. “Bagaimana Rendi tadi di sekolah?” Tanya Ibu kepada Rendi yang sedang membereskan sepatu

 “Alhamdulillah bu lancar tadi PR fisikanya sudah dikoreksi dan minggu depan ada ulangan harian” jawab Rendi seperti biasa.

“Wah berarti kamu harus belajar ya Nak, biar bapak di surga senang lihat kamu belajar” tukas Ibu Rendi menyemangati anak keduanya.

“Pasti bu Insyaallah Rendi mendapat hasil yang memuaskan lagi” kata-kata Rendi selalu mendamaikan hati Ibunya. Dia berpikir harus mandiri dan tidak membebani Ibunya.

Seperti biasanya, setiap sore Rendi habiskan untuk membantu Ibu menjahit baju pelanggan. Memotong pola adalah keahliannya selain membuat desain baju. Ibunya bertugas untuk menjahit baju menjadi busana yang indah sesuai dengan keinginan pelanggan. Rendi selalu mempunyai ide untuk membuat desain baju yang terkini meskipun dia laki-laki namun sangat piawai. Dia haus akan referensi fashion dan mendapat ide dari buku pinjaman dan melihat model baju di pasar saat perjalanan pulang sekolah. Ibu sangat bangga kepada Rendi yang mau membantunya tanpa mengeluh padahal dia masih kelas 2 SMA. Dia berencana untuk membuatkan baju buatan sendiri untuk hadiah ulangtahun Ibunya dengan bantuan dana dari tabungan. ‘Nanti malam aku akan menyicil pola baju ini ah’ kata Rendi di dalam hati.

Waktu menujukkan pukul 7 malam, saatnya Rendi bergegas mengambil buku pelajaran untuk besok, menyiapkan dan membaca sedikit materinya. Dia selalu belajar dengan menemani ibunya agar mengetahui saat ibunya meminta tolong untuk mengambilkan sesuatu. Sudah dua bulan tangan kanan Ibunya di balut kain perban. Tangannya patah akibat dari terpeleset saat membuang sampah di belakang rumah. Saat itu sedang gerimis dan membuat tanah becek dan lembab, alhasil Ibunya jatuh tersungkur dan mematahkan pergelangan tangan. Ibu yang melihat jam waktu istirahat, menyuruh Rendi untuk beristirahat agar besok berangkat lebih awal ke sekolah. Rendi menyetujui dan segera merapikan buku pelajarannya dan bergegas tidur agar bisa bangun memotong pola baju.

Keesokan harinya, seperti biasa Rendi berangat ke sekolah berjalan kaki. Dari kejauhan tampak Dani dan teman-teman sekelasnya dengan gesit mengayuh sepeda hingga akan menabrak Rendi yang sedang berjalan. Menggoda Rendi dengan menghalang-halangi jalannya. Hingga akhirnya Ia jatuh di dekat kubangan air kotor dan hasil pola baju untuk hadiah Ibunya yang dikerjakan semalam suntuk berhamburan keluar dari tas yang sudah rusak resletingnya.

“Banci! Hahahha!” olok Dani dan teman-temannya sambil mengayuh sepeda dengan cepat karena takut dibalas oleh Rendi. Ia pun bangun dan tersenyum sambil menatap nanar pola baju untuk ibunya sebagian jatuh ke dalam kubangan dan tidak bisa digunakan. Lalu dia bergegas merapikan isi tas dan pakaiannya lalu berangkat kembali ke sekolah.

Di dalam kelas Rendi mulai memikirkan untuk membuat pola baju lagi, dia membolak-balik dan menyeketsa baju seperti apa yang akan dibuatnya dengan berbagai alternatif. Melihat keasyikan Rendi, Dani diam-diam mendekat dan menumpahkan es dawetnya di atas meja Rendi dan mengenai sketsa baju yang dibuat. Sontak Rendi kaget dan menanyakan kenapa Dani melakukan hal tersebut.

“Apa? kenapa lihat-lihat? Mau jadi apa kamu besok? Tukang Jahit?? Hahaha. Dasar banci!” Dani menyahut.Tanpa banyak kata, Rendi langsung mengambil kain pel dan membersihkan mejanya hingga kering.

Waktu pulang, Rendi selalu menyempatkan diri mengitari pasar melihat model baju seperti biasanya. Memilih model yang cocok untuk Ibunya lalu pergi ke toko kain membeli kain beberapa meter. Dani yang tidak sengaja mampir ke pasar membeli keperluan Ibunya, melihat Rendi sedang memilih kain dan mengamati busana-busana wanita dengan seksama. ‘Haha Dasar Banci!’ serunya dalam hati. Ia senang karena mempunyai bahan olokan untuk esok hari yang akan ditunjukkan kepada teman-temannya.

“Bu Rendi berangkat sekolah dulu ya, Assalamualaikum” kata Rendi sambil mencium tangan.  Memutar, melewati jalan-jalan dimana banyak model baju yang terpampang di etalase toko menjadi kesenangannya. Mengamati model baju hingga tidak sadar ketika jam sudah menunjukkan waktu masuk sekolah. Tiba-tiba di depan mata Rendi terlihat seorang ibu sedang berteriak meminta tolong karena anaknya sedang tertimpa sepeda motor dan belanjaan yang ditumpangi.  Nampaknya ibu yang membawa barang berat tersebut akan mengantar anaknya ke sekolah, tetapi karena membawa belanjaan dari pasar yang banyak, tidak kuasa menahan beban di atas sepeda motor hingga menimpa kaki ibu sendiri, kaki dan tangan anaknya. Seketika anak tersebut pingsan akibat terkejut dan ibu yang melihatnya berteriak-teriak meminta tolong. Jam-jam kerja yang padat membuat banyak orang terburu-buru pergi bekerja atau melakukan aktivitas lain sehingga banyak yang acuh tak acuh.

“Tolong...tolong, anak saya tolong” teriak ibu yang terjepit motor.

Rendi yang melihat hal tersebut langsung berlari membantu sebisanya, kemudian datang beberapa bantuan dari pejalan kaki yang lewat. Akhirnya, Rendi berlari mencari penjual minuman hangat dan kemudian diberikan kepada anak yang pingsan tadi.

“Bu Ini minumnya bu, biar Dani cepat siuman” kata Rendi sambil menyodorkan teh hangat kepada Ibu tadi.

“Lho kok kenal sama Dani Nak? Oh kamu teman sekelas Dani to?” dengan cepat Rendi menjawab, ‘bu maaf saya harus segera pergi ke sekolah’. Rendi pun segera berlari pergi ke sekolah meskipun sudah terlambat.

Di sekolah, Rendi memberitahukan kepada wali kelas bahwa Dani mengalami kecelakaan dan pingsan akibat tertimpa sepeda motor dan belanjaan ibunya. Pada hari itu juga, Rendi dan teman sekelasnya menjenguk Dani di rumahnya bersama wali kelas. Di rumah Dani, Ibunya bercerita panjang lebar mengenai kejadian yang menimpa dirinya dan anaknya. Dani yang sudah siuman masih terbaring lemah karena badannya yang kecil tertimpa sepeda motor dan barang belanjaan Ibunya.Wali kelas mengatakan bahwa Dani diizinkan untuk istirahat hingga keadaannya pulih. Lalu mereka berpamitan kepada Ibu Dani sambil bersalaman, saat bersalaman dengan Rendi, Ibu Dani mengamati wajah Rendi dan sadar bahwa tadi yang menolongnya adalah teman Dani. Dia mengucapkan terimakasih sudah menolong mengangkat sepeda dan membelikan minuman hangat kepada Dani hingga akhirnya siuman. Teman-teman sekelas Rendi hanya diam memperhatikan bahwa selama ini mereka salah menilai orang dari apa yang dia sukai. Mereka langsung meminta maaf kepada Rendi atas perilaku bully yang selama ini mereka lakukan. Perilaku Rendi sangat terpuji dan layak ditiru wejangan dari wali kelas.

 “Tidak apa-apa teman, mungkin saya yang mempunyai salah kepada kalian” sahut Rendi kepada teman-teman sekelasnya. Dani yang mendengar hal tersebut diam tak berkutik dan memilih melanjutkan untuk berbaring.

Tiga hari kemudian, Dani pun masuk ke sekolah. Dia langsung meminta maaf kepada Rendi atas perilakunya selama ini.

“Tidak apa-apa Dan, saya juga minta maaf ya jikalau saya mempunyai kesalahan selama ini” jawab Rendi dengan senyuman seperti biasanya. Detik itu pula Dani dan teman-teman lain tidak mempermasalahkan kesukaan Rendi ataupun teman kelas lainnya. Malah mereka, terutama para teman perempuan selalu bertanya kepada Rendi tentang model baju apa yang cocok dan masalah lainnya. Mulai saat itu juga, banyak teman dan guru Rendi menjahitkan baju ke Rendi dan Ibunya. Saat hari ulangtahun Ibunya, Rendi sudah dapat membuatkan baju untuk ibunya. Beliau sangat senang melihat kesungguhan anaknya menjahitkan baju sebagai hadiah ulangtahun. Beberapa tahun kemudian, Rendi memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di dunia fashion dan mendapatkan beasiswa untuk belajar di kota Mode, Italia. Keteguhan akan cita-cita membawa dirinya menuju puncak kesuksesan, meskipun Rendi memilih fashion sebagai hobi dan pekerjaannya, ia merasa percaya diri dan mampu melakukan.

 

 

Percayalah, sesuatu yang kau pegang teguh dan engkau yakini dengan sepenuh hati akan membahagiakanmu cepat atau lambat- Rendi Fashion Designer Dunia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Profil Penulis

 

Heppy Zakiatun Nissa, penulis pemula yang hobi memasak, senang mencoba mempelajari berbagai hal baru termasuk menulis. Semoga tulisan saya menginspirasi orang banyak. Terimakasih

Post a Comment

0 Comments