Lelaki tua penjual Saerah
Berkilo-kilo meter langkahmu hari ini
Menapak jalanan putih berdebu
Menyongsong teriknya mentari
Menyusuri jalan tanpa ragu
Lelaki tua penjual Saerah
Langkahmu memang tak segagah tentara
Namun semangatmu tiada dua
Berjihad seharian mengundang iba
Berharap pulang dengan segenggam rupiah
Lelaki tua penjual Saerah
Tongkat bambu biarlah menjadi saksi
Memikul beban penuh liku
Perjalanan hidup berbalut kisah pilu
Kauserahkan sepenuhnya pada Sang Ilahi
Lelaki tua penjual Saerah
Rupiah yang kaudapatkan hari ini
Belum mampu menambah kenyang
Namun senyum anak isteri penuh kelapangan
Anugerah terindah yang tak terbilang
Lelaki tua penjual Saerah
Hidup bagaikan alur sebuah drama
Ada sedih dalam derai air mata
Ada tawa dan senyum dalam bahagia
Semua tertata rapi dalam takdirnya
Lelaki tua penjual Saerah
Tetaplah berjalan di alur kehidupan
Mengukir kisah dan perjuangan
Menatap ke depan penuh keikhlasan
Berharap ridlo kepada Tuhan
Saerah :
Nama makanan ringan seperti krupuk yang dibentuk bundar dan terbuat dari
singkong
Puisi ini terinspirasi dari pedagang krupuk
Saerah yang selalu sabar menjajakan dagangan melintasi jalanan sepanjang hari
dengan penghasilan yang tak seberapa.
Abdul Aziz (Penulis) : Penulis adalah guru Bahasa Inggris pada Madrasah Tsanawiyah Negeri
Gresik yang berada di Kecamatan Benjeng. Menjadi guru di sebuah Taman
Pendidikan Al Qur’an sejak tahun 1994 dan guru Bahasa Inggris pada madrasah
tsanawiyah swasta sejak 2003. Aktifitas sehari-hari disamping mengajar juga
memberikan bimbingan membaca Al Qur’an dan Qiro’ah kepada anak-anak dan remaja
di madrasah swasta dan kampung dekat
tempat tinggal. Kegiatan lain sebagai
penggiat kegiatan lingkungan di madrasah ( pada program Adiwiyata ) serta ketua
MGMP Bahasa Inggris MTs Kabupaten Gresik 01 mulai tahun 2020. Ketertarikan
dalam dunia menulis sejak duduk di bangku
madrasah ibtidaiyah dan termotivasi oleh Sang Uwak ( kakak
laki-laki dari Ibu ) yang sering berpura-pura bisa membaca core-coretan Si Aziz
kecil saat itu.
0 Comments